Saya harus segera mengecek kesehatan rohani, kadar kerendahan hati yang ada. Apakah terjadi kenaikan kadar rendah hati atau penurunan? Kapan itu harus dilakukan? Saat saya mulai banyak berbicara tentang diri saya, keluarga saya, kehebatan saya, kepintaran saya, prestasi-prestasi saya dan barisan panjang daftar pengalaman-pengalaman yang saya bangggakan. Suka pamer biar seluruh dunia tahu. Sok terkenal; biar seantero jagad raya mengenal diriku. Mulai merasa diri yang terbesar, terhebat, tercerdas, terkaya. Dengan diam-diam tinggi hati, kesombongan dan keangkuhan mulai merayapi saya namun saya menyukainya. Saya ingin dimuliakan oleh banyak orang. Saya ingin memuliakan diri dan bukan memuliakan TUHAN Sang Mahamulia.
Saat hasil laboratorium rohani menunjukkan penurunan kadar rendah hati. Hal-hal apa yang harus saya lakukan?
Sadar dan bertobatlah! Hal-hal itu harus segera saya hentikan.
STOP!
Saya harus segera mengakhirinya.
Saya harus segera berseru kepada TUHAN teladan kerendahan hati yang sudah membuktikan diri dari surga yang sangat mulia datang ke dunia yang fana, rela lahir di kandang hewan yang kotor dan bau.
Seruku,"TUHAN, tolonglah saya yang lemah ini.
TUHAN, kasihanilah saya yang berdosa ini"
Lanjutku dalam tangis pilu,"TUHAN ampunilah anakMu yang hina ini!"
Saya ingat pesan Nabi Yesaya dalam Kitab Suci:
"Manusia yang sombong akan direndahkan dan orang yang angkuh akan ditundukkan..."
Nabi Sulaiman mengingatkan juga,
"Tinggi Hati mendahului kehancuran, tetapi kerendahan hati mendahului kehormatan.
Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.
Raja Daud juga menuliskannya dalam Kitab Mazmur, "tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah."
TUHAN mencari orang yang rendah hati
untuk
memperoleh
hadiah:
kehormatan,
kekayaan,
kehidupan,
mewarisi negeri,
bergembira karena kesejahteraan yang berlimpah-limpah.
Oh TUHAN, saya mau!
Apakah sahabat juga mau?