Jangan melupakan Tuhan dalam perencanaan.
Ibu Susi sangat antusias untuk mendaftarkan anaknya di Fakultas Teknik di salah satu universitas terkenal. Keadaan ekonomi Ibu Susi biasa saja namun anaknya Ratih termasuk anak yang cerdas secara akademis. Segala upaya Ibu Susi lakukan demi anak yang dicintainya. Salah satu keluarga Ibu Susi adalah keluarga kaya yang bersedia untuk mendukung biaya kuliah Ratih. Ada juga keluarganya yang bekerja di rektorat universitas yang disasar, siap membantu memuluskan rencana kuliah Ratih. Alhasil Ratih pun lulus menjadi mahasiswa Fakultas Teknik. Dua tahun kuliah Ratih lancar; indeks prestasinya sangat memuaskan, biaya kuliah selalu mengalir lancar dan terlunasi semuanya. Namun, tahun-tahun berikutnya berubah drastis. Situasi berubah, seakan-akan semuanya menjadi sulit dan rumit. Ratih menjadi malas kuliah. Mungkinkah biaya kuliah belum terlunasi? Hal itu membuat Ratih terus jatuh lebih dalam, pergaulan buruk, dan sederet hal-hal buruk lainnya yang terjadi. Ratih tidak bisa menyelesaikan kuliahnya. Oh Ada apa dengan dirinya? Apakah ada yang salah ketika dia baru mau masuk kuliah. Mengandalkan kesanggupan dan kemampuan diri? Mengandalkan keluarga kaya yang sangggup membiayai? Mengandalkan "orang dalam" supaya bisa diterima? Semuanya bercampur baur dalam benakku? Mungkinkah mereka melupakan TUHAN dalam perencanaan? Mungkinkah mereka lupa meminta pertolongan Sang Mahakuasa?
Ah, aku tak tahu dan tidak boleh menghakimi! Betapa mudahnya pun saya bertindak demikian. Saya juga sering membuat keputusan segera dan mendesak namun lupa berdoa sungguh-sungguh kepada TUHAN. Satu hal yang pasti saya pun harus belajar untuk tidak lupa meminta pertolongan Sang Penolong yang Sempurna. Inga-inga untuk tidak lupa meminta keputusan dari Sang Sutradara kehidupan yang sangat tahu dan ahli dalam perencanaan.
Ayat-ayat suci Firman TUHAN dari nabi besar Yesaya dan Yeremia memberikan peringatan keras dan tegas,
...."celakalah orang yang meminta pertolongan manusia, mengandalkan kuda-kudanya, percaya pada kereta yang banyak dan pasukan berkuda yang besar....tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus.....dan tidak mencari TUHAN."
"Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari TUHAN.
Tetapi,
" Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN. Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."
Hal ini mengingatkan saya untuk:
Jangan melupakan TUHAN dalam perencanaan.
Bertindak hati-hati dan tidak tergesa-gesa.
Berdoa secara sungguh-sungguh akan setiap agenda kerja, tugas dan tanggung jawab.
Hendaklah saya harus katakan, "Jika Tuhan berkenan saya akan melakukan ini dan itu."